Summer Movie - May

Summer Movie - May

Monday, 23 April 2012

Sinopsis A Separation Part 1

Sebelumnya baca review mengenai film ini di sini, untuk mengetahui lebih jelas penokohan dan karakter. Thanks

[The Separation oh Nader and Simin]
Kisah ini dimulai dengan sebuah mesih fotocopy sedang bekerja, mengkopi beberapa KTP dan pasport.
Lalu adegan berlaih ke 2 orang pasang suami istri yang menghadap sang hakim yang menanyakan alasan keduanya bercerai, atau lebih tepatnya kenapa sang istri menuntut perceraian. Misalnya apakah suamimu pemabuk, suka memukulmu, atau tidak memberikanmu nafkah? Si istri yang bernama Simin membantahnya, dia suami yang baik, sopan dan santun.

Lantas apa yang jadi alasannya? Simin mengemukakan kalau suaminya tidak mau ikut dengannya pergi luar negeri, jika dia menjawab iya saat itu juga dia akan mencabut tuntutannya.
"Apa kau mau ikut denganku?," tanyanya menoleh ke Nader yang menolaknya mentah-mentah, kini mereka pun berdebat mengenai alasan masing-masing,
"Suruh dia memberiku alasan padaku kenapa sekarang saatnya harus ke luar negeri?," ujarnya kepada Hakim seakan sudah malas bertanya kepada istrinya.
"Berikan satu alasan bagus kenapa kita harus tinggal," serang balik Simin.
"Aku akan memberikanmu seribu alasan," ujar Nader yang menjawab ayahnyalah salah satunya. "Aku tak bisa meninggalkannya. Kau mau alasan lainnya?."
Keduanya kembali bertenggar siapa yang salah siapa yang benar, dan pada dasarnya keduanya merasa keputusan masing-masinglah yang benar. Simin merasa Nader tak adil karena tak bisa meninggalkan ayahnya namun bisa meninggalkan istri dan anaknya, sebaliknya Nader tak merasa karena yang menggugat cerai adalah Simin.

Simin tak menyerah, bahkan dia mengeluarkan berkas visanya yang telah siap 6 bulan lalu dan akan habis dalam 40 hari, dia tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Nadir kembali meminta alasan yang kuat agar dirinya bisa ikut.
"Dia mengunakan ayahnya yang menderita Alzheimer sebagai alasannya," ungkap Simin, "Dia bahkan tak mengenalmu sebagai anaknya."
"Kenapa jadi masalah? Aku tahu dia ayahku!" tekan Nadir.

Akhirnya keluar juga dari pengakuan Simin kalau dia ingin ke luar negeri demi pendidikan dan masa depan putrinya. Nadir juga peduli, kembali dia menekankan.
"Semua anak yang tinggal di negeri ini, menurutmu tak ada yang memiliki masa depan?," tanya hakim pada akhirnya.
"Aku ingin anakku tidak dibesarkan di situasi seperti ini. Sebagai ibunya, aku berhak!."

Situasi yang bagaimana? Pertanyaan hakim yang tidak bisa dijawab langsung oleh Simin. Sang hakim kembali menyampaikan lebih baik dia di sini bersama orang tuanya daripada di luar negeri tanpa ayahnya. Karena itulah Simin bersikeras agar Nader ikut. Sang hakim akhirnya memberikan keputusan putri mereka yang belum genap 11 tahun tidak boleh pergi tanpa persetujuan ayahnya, Nader. Namun persidangan perceraian akan tetap dilanjutkan atas persetujuan kedua belah pihak. Simin tak terima. Namun putrinya diputuskan akan tetap bersama Nader.

Mereka akhirnya keluar pengadilan yang penuh sesak kembali ke kediaman mereka.
Simin langsung mengkemasi barang-barangnya, Nader sibuk mengurus ayahnya, sedang Termeh putri mereka sibuk belajar. Terlihat seorang perempuan paruh baya, Razieh beserta putri kecilnya. Nader memberikan instruksi tugas apa saja yang harus dilakukan Razieh sebagai pengurus rumah tangga mereka selanjutnya. Yang terpenting dia harus memberikan obatnya untuk ayah Nader tepat waktu.
Selagi Nader memberikan penjelasan kepada Razieh, Simin tetap sibuk memberesi barang-barangnya. Termeh hanya mengamati mereka. Berdiri di depan pintu, memandang ibunya, "Kau tidak ikut?," tanya ibu padanya. Termeh tak menjawab.
Sudah mengerti jawaban Termeh, Simin bersiap pergi. Ayah Nader melihat Simin, "Kemana kau akan pergi?," tanyanya dengan suara lemah. Simin mendekatinya, "Aku akan kembali ayah, aku ada janji."
Sedang Termeh memberikan penjelasan kepada ayahnya mengenai urusan rumah tangga yang biasa dilakukan ibunya, sepeti memakai mesin cuci.
Simin memanggil Termeh untuk datang ke kamar kakeknya, Ayah Nader tak mau melepas tangan Simin, tangannya gemetaran. Nader datang dan membujuk ayahnya untuk melepaskannya, dan menuntunnya ke toilet. Simin masih terduduk, terlihat raut muka yang dikuatkan.
Ditoilet, Nader memandangi istrinya yang sudah membawa koper besar. Begitu juga Termeh di kamarnya, Simin benar-benar mengucapkan selamat tinggal. Nader terpekur dalam diamnya.
Simin meneteskan air mata sambil mengendarai. Kemudian dia melihat Razieh bersama putrinya berjalan. Simin memberikan tumpangan kepada mereka.
"Aku kira anda tinggal bersama suami anda," ujar Razieh yang mengaku akan sulit baginya untuk bekerja di sana.
"Dengarlah, aku percaya pada suamiku sepenuhnya untuk hal ini. Jangan khawatir, dia orangnya baik."
Dan Simin juga menjelaskan kalau suaminya tidak akan di rumah ketika Razieh datang dipagi harinya, dan saat pulang dari kerja Razieh juga sudah pulang. Jadi kemungkinan akan bertemu akan jarang.

Ada sebersit keraguan di wajah Razieh.
A Separation
A Separation
Keesokan harinya, Razieh mulai bekerja di rumah Nader. Dia melakukan pekerjaan pada umumnya, putrinya menemani Razieh. Dia memanggil putrinya, merasa ada yang bergerak pada perutnya. Putrinya menempelkan telinganya, berusaha mendengar.

Kegiatan mereka terhenti saat Razieh melihat ayah Nader bejalan keluar, dia linglung dan berkata ingin membeli koran. "Sudah ada koran di kamar anda, aku akan mengantar anda," kata Razieh.
Anak Razieh berkata kalau kakek itu pipis di celana. Ah, Razieh binggung. Dia menelpon Simin memintanya datang sayang dia tak bisa karena sedang mengajar. Dia menyuruh Razieh untuk menelepon Nader, suaminya.
A Separation
 A Separation
Sedang ayah Nader terpekur diam duduk di kamarnya. Razieh masuk, "Pakaianmu. Kalau aku beri pakaian, anda bisa ganti sendiri, kan?," tanya Razieh. "Simin?," balas Ayah Nader linglung. "Kau bisa membersihkan dirimu sendiri?," tanya Razieh lagi.


Menghela nafas sebentar, Razieh menuntun ayah Nader ke toilet. Menyuruhnya agar dia melakukan sendiri setelah membersihkan diri untuk memakai pakaiannya. Dia keluar, menunggu beberapa saat, namun didengarnya tak ada suara, dia membuka pintu dan dilihatnya Ayah Nader tak melakukan apa-apa, Razieh kembali menghela nafas.
 Dia akhirnya berkonsultasi pada pihak yang lebih mengerti (sepertinya kalau di Indonesia sperti MUI), "Aku ingin bertanya. Maaf, tapi ia buang air di celana. Jika aku ganti pakaiannya, dosa atau tidak? Tidak ada siapapun di sini. Usianya sekitar 70 atau 80 tahun, dia sudah pikun. Masalahnya? Dia sudah begini selama setengah jam. Bolehkah?," jelas Razieh panjang lebar.


Aku tak akan mengatakan kepada ayah, kata putri Razieh polos tapi mengerti kesulitan ibunya. Razieh mulai membersihkan ayah Nader setelah mendapat penjelasan.
 
Nader mengawasi putrinya yang sedang mengisi bensin. Termeh naik ke mobil, Nader menanyakan kembaliannya, "Tidak diberikannya. Itu tipnya," kata Termeh. Nader menyuruhnya mengambil, dan beralasan dia mengisinya sendiri bukan petugas pom bensin.


Walau dengan berat hati, Termeh meminta kembaliannya. Nader kembali mengamati. Termeh masuk kembali, "Ini kembaliannya." Ayahnya memberikannya untuknya, sebagai tip karena dia yang mengisi. Termeh tersenyum senang.

Mereka sempat berlomba siapa yang cepat ke kediamannya yang beberapa lantai di atas.
Saat keduanya masuk, mereka mendapati guru les Termeh, Ghahraii. Termeh segera menyiapkan buku-bukunya. Nader ke kamar ayahnya, memberikan salam. Razieh menemui Nader dan memberi tahu kalau dia tak bisa kembali bekerja keesokan harinya.
"Ini pukul 4 sore. Dimana aku bisa menemukan penggantimu untuk besok?," ujar Nader. "Ini terlalu sulit bagiku, terlalu berat, aku benar-benar tak bisa melakukannya," Razieh belum memberikan alasan sebenarnya.
Razieh bersiap pergi, Nader pergi kedapur. Ghahraii menyapa Razieh, tahu dirinya sedang hamil dan memahami betapa lelahnya pekerjaanya. "Hari ini ia banyak bergerak," aku Razieh senang. "Berarti dia laki-laki." Razieh meminta nomor dokter yang direkomendasikan Ghahraii.
Nader kembali menemui Razieh, masih sedikit kesal karena dia keluar secara mendadak. "Kau seharusnya memberitahuku kalau aku harus membersihkannya juga."
"Membersihkan apa?," tanya Nader terhenti dari kegiataanya mencari teh.
"Pagi ini ia buang air di celana. Tak pantas bagiku untuk membersihkannya."
Giliran Nader yang tertunduk dan merasa tak enak terhadap Razieh, bergumam kalau ayahnya biasanya bilang kalau mau buang air.

Razieh meminta gajinya hari ini, menyarankan untuk menghubungi pihak penyalur agar mengirimkan perawat laki-laki. "Bu, aku tak bisa percaya seseorang begitu saja," ucap Nader sambil memberikan uang gaji kepada Razieh. Diapun meminta maaf karena ini masalah agama. Nader sepenuhnya mengerti. Razieh pergi.
Kemudian, Razieh memencet bel rumah Nader kembali. Dia meminta ijin jika suaminya bisa menggantikan dirinya. Namun dia akan mengatakan mengenal keluarga Nader dari koran lowongan. Nader menyuruh suami Razieh datang menemuinya. Mereka saling mengucapkan salam.
Keesokan harinya, suami Razieh, Hodjat datang menemui Nader, menanyakan pekerjaan kepadanya. Nader langsung menjelaskan kalau pekerjaan itu mencakup membersihkan ayahnya yang sakit. Hodjat tak masalah dan berjanji akan merawatnya. Nader menyuruhnya datang besok setelah menego gaji.
Ayahnya memberikan pelajaran bahasa Persia yang harus dijawab Termeh.
"Jaminan?."
"Kompensasi, zemanat," jawab Termeh.
"Itu bahasa Arab, bukan Persia."
"Guruku bilang begitu."
"Jangan katakan itu lagi. Salah tetap salah. Tak peduli siapa yang mengatakannya atau di mana itu tertulis. Untuk 'jaminan', tulislah..."
"Jika aku tulis yang lain, nilaiku akan dikurangi," protes Termeh.
"Tak masalah, biarkan saja. Tulis 'Poshtvaneh'."

Setelah Termeh pergi sekolah, Razieh datang bersama putrinya. Nader jelas heran karena seharusnya suaminyalah yang datang. Razieh menjelaskan kalau Hodjat dibawa oleh para kreditur semalam, dan Razieh berjanji dia yang akan menggantikannya sampai suaminya bisa.

Diapun kembali bekerja, membersihkan rumah. Sedang Putrinya asik bermain dengan oksigen ayah Nader, belum tahu dan masih polos. Razieh menyuruh putrinya untuk membuang sampah.

Dan hasilnya, putri Razieh tak bisa mengangkat sampahnya dan akibatnya berceceran disampah. Bajunya pun jadi kotor. Razeih memarahinya, diapun mengangkat kembali sampah dan membersihkan tangga. Putrinya muncul di pintu, memberitahu kalau si kakek itu tak ada di kamarnya.
Merasa tak ada yang beres, dia bergegas mengambil hijabnya dan berlari keluar rumah. Mencari ayah Nader. Terlihat ayah Nader di kedai buku, mungkin mencari korannya. Dengan tertatih-tatih dia berniat menyebrang. Razieh menahan nafas karena hilir mudik mobil bersileweran. Razieh hendak menyusul menyebrang.

Di kediamannya, Nader, Termeh dan putri Razieh asik bermain boneka bola. Bahkan ayah Nader diajak.
Sedang Razieh mencuci mukanya, saat di bis sangat tampak keletihan di wajah Razieh. Beberapa penumpang bahkan memberikan tempat duduk untuk Razieh.

Keesokan harinya, Razieh terlambat ke kediaman Nader. Masih terlihat letih, tetangga sedikit komplain akan sampah yang masih berserakan di tangga.
Nader menjemput Termeh dari sekolah, kembali ke rumahnya. Betapa terkejutnya dia saat tidak mendapati Razieh maupun anaknya di rumah. Lebih syok saat mendapati ayahnya terjatuh dari ranjang tidurnya. Dan dalam keadaan tangannya terikat pada ranjang.
Termeh menanggis ketakutan, Nader berusaha untuk menyadarkan ayahnya dengan memanggil-manggil dirinya. "Janga kuatir, dia bernafas," ujar Nader lega.

Kemudian mereka mengecek apakah ada luka di tubuh ayahnya. Dia meminta ayahnya untuk jalan namun tak sanggup. Nader menyuruh Termeh keluar. Dia terpekur di luar kamar. Tampak Nader raut mukanya sangat kesal.
"Sayang apa kau mengambil uang di laci?," tanya Nader yang dijawab tidak.
Akhirnya Razieh dan putrinya kembali. Termeh memberi tahu ayahnya. "Darimana saja anda?." Razieh mengatakan pergi karena ada urusan. Nader meningikan suaranya, walau ada urusan tapi bukan alasan untuk meninggalkan ayahnya sendirian dan dalam keadaan terikat.
"Dia biasanya tidur saat ini..."
"Jadi kau melakukan ini setiap hari? Kau lihat dia tidur lalu kau pergi?,"
"Tidak, sungguh. Aku terpaksa melakukannya."
Razieh menyuruh putrinya keluar agar tak mendengar mereka. Nader kembali menanyakan alasan kenapa dia mengikatnya? Razieh merasa bersalah, namun dia benar-benar terpaksa melakukannya.
"Ada perlu apa kau di kamar di sana?," tanya Nader geram.
"Kamar mana?"
"Kamar dimana kau mengambil uang di laci!"
"Kau bilang aku masuk ke kamarmu dan mengambil uang di laci?," ujar Razieh terkejut.
Nader akhirnya emosi dan menyuruh mereka untuk pergi. Sedang Razieh tidak terima karena bukan dia yang mengambilnya, dan berani bersumpah. Dia menyodorkan tasnya untuk diperiksa. Diapun menumpahkan semuanya. Dia bersumpah tak pernah melangkahkan kakinya kekamar tersebut.
"Keluar!," perintah Nader
"Aku takkan pergi sampai aku mendapatkan gajiku," tuntut Razieh.
Termeh memohon agar Razieh untuk pergi secara baik-baik.
Nader kembali marah kepada Termeh ketika ayahnya menahan pintu kamar mandi sehingga dia tak bisa masuk. Padahal dia menyuruh Termeh untuk menjaganya. Nader akhirnya tepaksa mendobrak pintu dan mendapati ayahnya terlentang di kamar mandi.
Bel rumah berbunyi, Razieh masuk kembali kerumah, tetap meminta penjelasan kepada Nader, dan Nader pun yang kembali emosi. Razieh tidak akan pergi. Nader bersikeras agar Razieh untuk pergi. Dan Razieh meminta uang gaji dia hari itu. "Bukankah sudah kau ambil?," bentak Nader dan karena kahabisan kesabaran Nader pun mendorong Razieh agar keluar dari rumahnya.
Termeh keluar mengintip, sejenak dia merasa tak enak, terlihat putri Razieh menanggis histeris dan para tetangga membantu Razieh yang terduduk dan merasa kesakitan. Dia pun perlahan pergi sambil menahan tanggis.
Di kamar mandi, Nader memandikan ayahnya Kemudian mulai menanggis di pundaknya. Mendadak semuanya terasa berat bagi Nader.

Kemudian, Nader terpaksa membawa ayahnya bersamanya. Dia mengantar Termeh ke ibunya, saat sampai Termeh menyampaikan kalau ibunya ingin bertemu ayah Termeh.
Nader masuk dan memberikan salam kepada ibu mertuanya. Dia menemui Simin di dapur. Mereka terlihat kaku. Simin langsung bertanya kenapa Nader bertengkar kepada Razieh. Nader menjelaskan kalau dia meninggalkan rumah, mengikat ayahnya sampai terjatuh dan jika dia terlambat sulit membayangkan apa akibatnya. Simin mendapat kabar dari adik ipar Razieh kalau Nader memukulnya.
"Aku memukulnya? Omong kosong."
"Jadi, kenapa dia dibawa ke rumah sakit?."
"Rumah Sakit? Kenapa? Ada apa dengannya?," cerca Nader mulai cemas
Keduanyapun bergegas ke rumah sakit. Ke meja resepionis menanyakan keberadaan Razieh. Naderpun menyebutkan namanya, dan petugas tersebut menjelaskan kalau Razieh dalam tahap penyembuhan pasca operasi.
"Operasi apa?," tanya Nader.
"Dia mengalami keguguran," ucap singkat petugas tersebut, namun mampu membuat Simin dan Nader membeku sesaat.

Bersambung..

Note :
Akhirnya kesampaian juga menulis sinopsis film ini, film yang menurut aku salah satu film terbaik tahun 2011. Bukan aku saja sih tapi banyak kritikus yang memuji film ini. Tak muluk sebenarnya karena ceritanya memang apik, mampu menyentuh siapapun! Film yang complicated namun diakhiri dengan bagus. 
Benarkah sosok Nader yang prinsipil, yang mengajarkan kepada putrinya mana yang salah mana yang benar, tak pernah berbuat kesalahan? Sosok Razieh yang pekerja keras walau dirinya tengah mengandung, sosok yang memegang teguh ajaran kepercayaannya, apakah dia mampu   mempertahankannya saat dihadapkan 2 pilihan yang sulit, yang bisa jadi menggoyahkan imannya?
Simin, wanita keras kepala! Seperti rambut bewarna merah di balik hijabnya. Sedang Termeh, gadis yang berusia 11 tahun, namun sebenarnya dia lebih dewasa daripada yang dipikirkan orang sekitarnya, gadis yang mengerti benar orang tuanya. Setiap pemain memiliki porsi yang pas untuk mengembangkan karakter mereka masing-masing.

Watch it, and you neva dispointed..huahehauahe


Written & Images by HarleQueen @MovieZone

Wednesday, 11 April 2012

[News] Trasformasi Pemain The Hunger Games


Jika melihat sekilas peran Elizabeth Banks di The Hunger Games, maka tidak akan percaya terjadinya perubahan drastis. Berperan sebagai Effie Trinket, koordinator flamboyan yang menyeleksi anggota yang akan berkompetisi.
Kepada Majalah People Magazine, make up artist menyatakan, "I wanted to completely blot out Elizabeth Banks's skin tone to give Effie that sort of Kabuki look."
Dan hasilnya kita bisa lihat, dengan dandan make up di wajah yang mencolok serba pink, dan bedak tebal mengingatkan kita pada pemain kabuki. She completly different!


Aktor nominasi Oscar, Stanley Tucci juga mempunyai perubahan yang sedikit radikal. Berperan sebagai pembawa acara Caesar Flickerman, dimana dia mewawancarai para Tributes sebelum bertanding. Sementara itu, dia memiliki rambut biru yang mencolok, ada dimana detail dalam buku tidak disertakan.

"[Caesar's] skin is supposed to be blue in the book, but that was way too much." kata Tucci pada Entertainment Weekly.


Seneca Crane, mastermind di balik layar The Hunger Games, memiliki rambut yang ditata sedikit klimin namun impresif. Wes Bentley, aktor yang bermain sebagai Selca, mengatakan kepada majalah People Magazine bahwa dia tampil dengan janggut yg penuh, dan yang pastinya membuat dia benar-benar berubah.

Sementara para Tributes yang berasal dari distrik 12 yang miskin dimana tak punya baju banyak seperti di Capitol, akan tetapi para aktor yang berperan setidaknya harus mengubah penampilan mereka. Josh Hutcherson, yang bermain sebagai Peeta Mellark, harus menaikan bobotnya sebanyak 15 pons untuk perannya. Dan juga, mencoba mengubah warna rambut dari menjado orange pirang.

"I had to eat two chicken breasts and two handfuls of broccoli five times a day." ungkapnya pada Majalah Peole Magazine


Untuk peran utama Katniss Everdeeb, Jeniver Lawrence mengecat rambut pirang alaminya menjadi coklat tua. Dilaporka, ibu Lawrenca bahkan sempat tidak mengenali putrinya dengan rambut barunya tersebut. Dia juga diajari selama sebulan penuh olah raga panah, lari, panjat dinding dan bela diri.


credit : yahoo movie

Tuesday, 10 April 2012

The Books of The Month -The Hunger Games & The Girl Who Played The Fire-

Yiihaaa..sesi curhat sebentar guys. Bermula sebulan yang lalu sesaat setelah menonton The Girl With Dragoon Tatto, sempat browsing2 mengenai film ini karena menjadi film yang banyak dinominasikan di Oscar. Rupanya diangkat dari sebuah buku yang best seller karya Stieg Larsson. Dan merupakan sebuah novel trilogi.

Langsung hunting lewat mbah google dan didapat bisa dibeli secara online, namun mencoba dulu di Gramed Batam, wuiiih..betapa girangnya saya ketika ada nangkring di sudut rak 3 buku The Girl With Dragon Tatto, namun kecewa buku seri kedua lagi kosong, beneran gigit jempol si embak2 penjaga toko. Dan 'memaksa' si embak2 tadi buat mencatat nomor hp kalau ada buku walau tidak bisa menjanjikan ada. That's ok..

Finnallyy..penantian panjang berbuah hasil. Pulang kerja sehabis lembur, disempat2kan ke Gramed berdasarkan desakan kata hati. Rupanya tak meleset! Awal masuk langsung menggondol buku seri pertama The Hunger Games, dan ke mesin pencari. Iseng mengetikan nama Author buku, Stieg Larsson. Munculah buku yang aye damabakan nangkring di daftar dengan stok 15!! Jerit kegirangan dan langsung menyeret mas2 penjaga..dan mengatakan bukunya masih digudang belum dikeluarkan.

"Aah..keluarkan saja mas. Aku beli sekarang saja, gak usah nunggu besok!." Mas imut nan ganteng tadi akhirnya luluh melihat mata aye yang sudah melotot, ngeri kali yaa. Lalu ke kasih dengan h2c.. Harap2 cemas bo' menyusun rencana sesampai dirumah langsung mau ngumputein di bawah kasur tuh 3 buku, *sumpah, ngeri lihat reaksi nyokap.haha*

*Curcol End*

Saatnya untuk memberikan sinopsis sedikit mengenai kedua buku tersebut. Detailnya aku akan buat resensi ala kadar di lain waktu jika sudah selesai..Gila, terakhir baca buku setebel 900-an halaman pas punya Stephenie Menyer saja.. hihhi

[ The Hunger Games]
Dua puluh empat peserta. Hanya satu pemenang yang selamat.

Amerika Utara musnah sudah. Kini di bekasnya berdiri negara Panem, dengan Capitol sebagai pusat kota yang dikeliling dua belas distrik. Katniss gadis 16 tahun tinggal bersama adik perempuan dan ibunya di distrik termiskin di Distrik12.

Karena pemberontakan di masa lalu terhadap Capitol, setiap tahun masing-masing Distrik harus mengirim seorang anak perempuan dan anak lelaki untuk bertarung sampai mati dan ditayangkan secara langsung di acara televisi "The Hunger Games". Hanya ada satu pemenang setiap tahun. Tujuannya adalah: membunuh atau dibunuh.

Ketika adik perempuannya terpilih mengikuti Hunger Games, Katniss mengajukan diri untuk menggantikannya. Dan dimulailah pertarungan yang takkan pernah dilupakan Capitol.

Bagi penyuka film seperti saya, pasti tahu akan film yang masih tayang di Indonesia ini, rilis pada 23 Maret lalu. Filmnya sendiri diangkat dari novel best seller karya Suzanne Collins.

[The Girl Who Played With Fire]
Sama seperti The Hunger Games yang trilogi, buku ini merupakan buku kedua Blomkvist & Salander Trylogy. Karya Stieg Larsson.

Dua orang jurnalis yang menyelidiki industri perdagangan wanita di Swedia di temukan tewas. Mayat mereka di temukan dengan lubang bersar di kepala. Bjurman, wali Lisbeth Salander, ditemukan terbunuh di apartemennya.

Sedik jari ditemukan di senjata pembunuh orang ketiga itu mengarah pada satu orang : Lisbeth Salander!

Sekali lagi, Michael Blomkvist, wartawan kriminal, dan Lisbeth Salander, si gadis bengal ahli hacking, bertemu dalam kasus yang mengancam hidup mereka. Hanya Blomkvist yang percaya Salander tidak bersalah. Sementara Salander harus bersembunyi, Blomkvist berupaya menemukan bukti-bukti yang bisa membersihakn nama rekannya.

Tak mereka sangka, penyelidikan membawa mereka terlibat dalam sebuah konspirasi besar yang melibatkan banyak pihak, termasuk badan intelejen Swedia. Bahkan, mereka menemukan rahasia kelam yang berhubungan dengan masa lalu Salander.

Kedua pasangan detektif itu harus mengungkapkan kebenaran sebelum orang-orang yang tak ingin rahasia itu terbongkar berhasil menemukan dan membungkam Salander..untuk selamanya.

Semoga nanti aku ada waktu untuk meresensi isi buku tersebut.. See you nxt time guys :)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Grants For Single Moms