Nanami menoleh demi teriakan Jun Ho yang memanggil namanya. Dia berbalik, dan cahaya pun menghilang. Nanami belum sanggup untuk meninggalkan Jun Ho. Sedang Jun Ho begitu syok dan menanggis, tidak sanggup kehilangan Nanami.
Tubuh Nanami dibawa ke rumah sakit. Jun Ho hanya bisa memandangi istrinya dengan tatapan kosong, disampingnya arwah Nanami terdiam melihat Jun Ho. Dokter mengatakan polisi ingin bertemu dengan Jun Ho, Nanami binggung antara mengikuti Jun Ho atau tubuhnya yang dibawa pergi oleh perawat.
Saat itulah mucul gadis kecil, rupanya sama dengan Nanami yang sudah meninggal. Gadis itu menghampiri Nanami.
“Kau baru? Aku adalah roh dan kau juga” celetuk gadis kecil itu.
“Roh..?” gumam Nanami.
Gadis kecil itu pergi sejenak dan menembus tirai yang menutupi ruangan dimana tubuh Minami berada.
“Kau mati karena benturan di kepala” ungkap gadis kecil.
“Bagaimana kau bisa melakukan itu?” Tanya Nanami saat melihat gadis itu menemubus tirai.
“Itu sangat mudah”
Gadis kecil itupun memperagakan kebolehannya membuat listrik padam, dan mampu mendorong tempat obat. Gadis kecil itu tertawa, sangat mudah baginya.
“Ah itu laki-laki pemahat!” seru gadis kecil itu saat melihat Jun Ho berjalan gintai.
Nanami pun memanggil nama Jun Ho, namun Jun Ho tidak mendengar dan hanya berjalan menembus melewati Nanami. Jun Ho menyibakan tirai, melihat tubuh Nanami dan terduduk lemas memandang Nanami.
Arwah Nanami terdiam melihat Jun Ho.
“Nanami, aku mohon bangunlah! Aku ada disini. Aku mohon bangunlah!” berulang-ulang Jun Ho mengatakan hal itu, air matanya tumpah menghadapi kenyataan orang yang dcintainya meninggal.
“Jun Ho, aku di sini” arwah Nanami pun menanggis sesegukan.
Kesokan harinya, Jun Ho meletakan karangan bunga di jembatan, di mana Nanami meninggal. Arwah Nanami senantiasa berada dekat dengan Jun Ho. Nanami memandang Jun Ho dengan tatapan sedih.
“Jun Ho-san” panggil Miharu mendadak membuyarkan lamunan Jun Ho.
“Nanami tidak mempunyai keluarga, dia sebenarnya sangat ingin menemui ibu anda. Dia benar-benar gembira akan pergi ke Korea” jelas Miharu diiringi isak tangisnya.
Miharu memberikan kartu namanya, dan menjelaskan dirinya belajar sedikit mengenai Korea. Meminta Jun Ho untuk tidak sungkan jika butuh bantuan dirinya. Jun Ho menerimanya, masih tercekat mendengar penjelasan Miharu tentang Nanami. Dia akhirnya undur diri dari hadapan Miharu.
Jun Ho berjalan dan diiringi dengan Nanami tanpa diketahuinya. Berjalan bersama disenja sore yang temaram. Jun Ho masuk kerumahnya dan membiarkannya dalam keadaan gelap. Terduduk lemah, dan melihat tembikar karya Nanami yang digambar oleh Nanami sendiri. Jun Ho meraihnya, memandangnya dengan perasaan sendu.
Nanami duduk di hadapan Jun Ho. Hanya memandang Jun Ho. Lagi-lagi Jun Ho tak kuasa menahan tanggis. Maaf, maaf aku tidak tidak bisa melindungimu, gumam Jun Ho dengan isak tanggis.(Diucapkan dalam bahasa Korea).
Jun Ho, saut Nanami demi melihat orang yang dikasihinya sedih. Jun Ho mendekap tembikar Nanami.
Kemudian ketukan pintu membuyarkan kesedihan mereka berdua. Jun Ho bangkit dari duduknya dan membukakan pintu. Rupanya dua orang polisi yang memberikan barang-barang Nanami yang tertinggal. Diantaranya buku catatan kecil Nanami
Polisi pun menyinggung pernikahan Jun Ho dan Nanami yang baru 1 bulan. Jun Ho mengiyakan.
“Apa kau dapat mencukupi kebutuhan hidup hanya dengan membuat tembikar?” Tanya salah satu polisi.
“Kekayaan istri anda ada 20 juta yen” selidik polisi lainnya. Polisi tersebut juge menjelaskan bahwa istrinya juga mempunya asuransi.
“Tentu saja suaminyalah yang diuntungkan”
“Jadi kalian pikir aku membunuhnya karena itu?!”
“Apa kau melakukannya?” selidik polisi itu.
Nanami bangkit dan menolaknya mentah-mentah, kalian salah! Teriak Nanami yang tentu saja tidak didengar mereka. Sedang Jun Ho hanya tertegun mendengar tuduhan mereka. Polisi itupun meminta maaf karena biasanya pembunuh melakukan pembunuhan karena uang atau dendam.
“Aku tidak pernah melakukan perbuatan seperti itu!” Jun Ho bangkit, “Silakan kalian pergi. Pergi!” kemarahan Jun Ho tidak dapat dikendalikan lagi.
Keesokan paginya, Jun Ho terbangun di tempat tidur dan merasa hampa saat melihat tempat disampingnya kosong. Nanami duduk dan hanya memandang Jun Ho dengan tatapan sendu.
Jun Ho keluar rumah sebentar. Nanami yang tertinggal di rumah masih kebingungan saat menggapai pintu namun malah menembusnya. Perlahan Nanami mencoba mengeluarkan tangannya perlahan, dan terlonjak kaget saat mendengar derit kunci pintu yang dibuka.
Nanami mundur selangkah, dan masuklah pria asing ke rumah Jun Ho. Nanami mengenali pria tersbut karena pria itulah yang membunuhnya malam itu.
Apa yang kau lakukan disini? Kau pembunuh! Teriak Nanami penuh emosi. Mencoba menghalangi sang pembunuh namun gagal. Sang pembunuh berjalan berkeliling rumah Jun Ho, mencari sesuatu.
Apa yang kau lakukan disini?! Teriak Nanami lagi. Apa yang kau cari? Siapa dirimu?! Teriak Nanami lagi walaupun itu sia-sia. Terdengar suara pintu terbuka, Jun Ho telah kembali.
Nanami langsung menghalangi Jun Ho untuk masuk. Dia tahu Jun Ho dalam bahaya. Nanami kebingungan dan merasa semakin cemas ketika melihat si pemunuh mengeluarkan sebuah pisau.
Hentikan!! Teriak Nanami, dan seketika sebuah lampu meledak dan padam. Jun Ho kaget dan memeriksa lampu, si pembunuh langsung pergi keluar tanpa Jun Ho sadari.
Nanami memberanikan diri untuk menembus pintu, tentu saja dia harus mengikuti siapa orang tersebut. Kenapa dia membunuhnya dan menyelinap ke rumah Jun Ho.
Si pembunuh tiba di markasnya, terlihat sangat kesal karena misinya gagal. Nanami berhasil membuntutinya. Dilihatnya barang-barang Nanami yang dirampok malam itu berserakan.
Si pembunuh membuka ponsel Nanami, dan memandang foto Jun Ho. “Pria ini benar-benar menghalangi jalanku” gumam si pembunuh sambul menodongkan sebilah pisau.
“Apa yang akan kau lakukan terhadap Jun Ho?” gumam Nanami kebingungan.
Nanami berjalan pulang, dan ditengah perjalanannya di menemukan sebuah tempat praktek paranormal. Nanami berhenti dan memutuskan masuk kedalam. Nanami menemukan Unten yang sedang melayani seorang pelanggan yang menanyakan kenapa anaknya (rada gendut) belum menikah juga.
Unten mengeluarkan keahliannya dan berbisik bahwa ada roh pria yang membuntuti anaknya. Nanami tahu Unten sedang berbohong karena dia tidak melihat roh lain selain dirinya.
“Tidak ada roh lain disini” pungkas Nanami.
“Tidak ada roh lain disini” tiru Unten yang tadinya sedang berpura-pura melakukan ritual.
“Aku ingin menikah apa ada cara untuk mengenyahkan roh pria itu?” Tanya gadis gemuk itu.
“Ada satu cara..” jawa Unten.
Nanami melihat gadis itu, “Dia seharunya menurunkan badan dulu”
“Turunkan badanmu” tiru Unten tanpa disadarinya.
Nanami terhenyak dan menyadari bahwa Unten mampu mendengarkan perkataan dirinya. Unten menanyakan kepada saudarinya yang sebagaia asistennya apa dia mendengar suara orang berbicara? Unten syok setengah mati.
“Apa kau bisa mendengar aku? Aku ingin meminta bantuanmu!” pinta Nanami. Unten panic karena merasa kebingungan.
“Jika kau bisa mendengarku, katakana Nanami Hoshino. Nanami Hoshino!” bujuk Nanami, Unten semakin kalut dan berdiri,
“Nanami Hoshino” teriak Unten. Semua orang tidak mengerti sikap Unten.
Unten begitu ketakutannya dan meminta maaf kepada roh Nanami, dia berjanji tidak akan memanggil roh orang lain. Kakak Unten yang sekaligus asistennya menyuruh Unten berenti berakting karena sudah tidak ada pelanggan lagi. Unten menyakinkan kakaknya bahwa dirinya tidak bercanda.
“Kumohon tenanglah” pinta Nanami.
Kembali Unten ketakutan dan menyuruh roh Nanami pergi.
Akhirnya Unten myanggupi permintaan Nanami, Unten pergi ke ruamh Jun Ho. Beberapa kali bel dibunyikan namun Unten merasa tidak ada orang di rumah maka dia hendak pulang tanpa menghiraukan suara roh Nanami.
Jun Ho mendadak keluar dan bertanya siapa Unten, melihat Unten yang tampan Unten langsung terpesona.
“Senang bertemu dengan anda, Aku Satsuki Unten. Aku seorang paranormal.Aku membawa pesan teman anda” ucap Unten setengah gugup.
“Siapa?”
“Hoshino Nanami” jawab Unten.
“Nanami?” ucap Jun Ho ragu lalu serta merta menutup pintu.
Jun Ho masuk dan mendesah, sudah cukup berat bagi dirinya kehilangan Nanami. Bagaimana bisa serta merta dirinya akan percaya kepada paranormal?
“Jun Ho-san! Aku tahu kau mendengarku!” teriak Unten dari luar, “Nanami-san ingin berbicara denganmu”.
Tidak ada tanggapan. Unten menyuruh Nanami untuk menyerah saja.
“Aku mohon! Tanyaka kepadanya mengenai cincin saat di gereja yang dari gantungan kunci” pinta Nanami.
Unten pun menuruti Nanami dan berteriak-teriak sesuai dengan kata-kata Nanami dengan seenaknya.
“Katakan juga padanya mengenai cincin yang aku buat dari bunga”
Unten kembali berteriak, sambil menar-nari entah apa maksudnya. Nanami menunggu reaksi Jun Ho yang di dalam.
“Katakan aku juga! Aku juga!” bujuk Nanami, kata-kata yang selalu diucapkan setiap kali Jun Ho mengatakan cinta kepada Nanami.
Unten kembali berteriak-teriak.
Jun Ho perlahan keluar demi mendengar kata-kata tersebut. Jun Ho menyilakan Unten untuk masuk. Keadaan begitu canggung, Jun Ho masih sepenuhnya ragu.
“Dimana Nanaami?” Tanya Jun Ho perlahan.
Unten gelagapan karena dia tidak bisa melihat Nanami, “Aku ada di sampingnya” ujar Nanami. Unten pun mengatakan Jun Ho, Nanami tepat berada di sampingnya.
“Dia ingin mengatakan sesuatu kepada Jun Ho-san” kata Unten.
Nanami memandang Jun Ho, “Jun Ho, seseorang ingin membunuhmu!”
Unten terlonjak kaget dan menyuruh Nanami untuk bercanda dengan hal semacam itu,”kau akan menakutinya. Jangan lakukan itu!”. Namun Unten mengatakan juga kepada Jun Ho.
Nanami melanjutkan, “Aku menemukan orang yang menabrak diriku”
“Dia menemukan orang yang menabrak dirinya” sambung Unten kepada Jun Ho.
“Tulis alamatnya” ujar Nanami.
“Tulis alamatnya” sambung Unten.
“Kau yang menulis alamatnya!” kesal Nanami. Unten langsung mengerti dan mengeluarkan secarik kertas. Nanami menyuruhnya untuk memberikan kepada Jun Ho dan menjelaskan bahwa dirinya adalah target pmebunuhan. Jun Ho harus melaporkannya kepada polisi.
Jun Ho menemui Miharu, dia mengatakan bahwa Nanami memberitahu siapa yang membunuh dirinya bahkan memberikan alamat si pembunuh.
“Tunggu dulu, apa yang akan kau katakana kepada polisi? Apa karena kata-kata paranormal? Kau akan dianggap gila, bahkan kau semakin akan dicurigai!”
Jun Ho mendesah, Miharu menjelaskan lebih lanjut bahwa di mempercayai Jun Ho bahwa Jun Ho bukanlah pembunuh Nanami. Jun Ho yang ke kantor Nanami untuk mengambil barang-barang Nanami melihat cangkir yang dulu diberikan Jun Ho. Rasa sedih menyelimuti Jun Ho.
Jun Ho memantabkan diri untuk mencari si pembunuh sendiri. Jun Ho menemukan alamatnya.
“Apa ini Toyo Central? Istriku terbunuh karena tabrak lari!” ujar Jun Ho.
“Lantas apa yang kau inginkan?” Tanya si pembunuh.
“Di mana Kuroda?” bentak Jun Ho. Si pembunuh yang bernama asli Kuroda menyuruh anak buahnya mengusir Jun Ho. Jun Ho memberontak.
Kuroda memukuli dan menyeret Jun Ho keluar, Kuroda masuk. Jun Ho menggedor-gedor pintu memanggil Kuroda.
Polisi datang, dan malah menggiring Jun Ho kekantor polisi.
Nanami yang baru datang memanggil Jun Ho yang sudah pergi bersama polisi. Nanami melihat Miharu datang ke tempat si Kuroda. Nanami meminta Miharu untuk berhati-hati. Miharu menggedor-gedor pintu tempat Kuroda. Nanami terlihat cemas.
Pintu dibuka, Miharu masuk dan Nanami mengikutinya. Kuroda melangkah di belakang Miharu.
“Kuroda-san, kepada siapa kau berbicara?!” bentak Miharu. Nanami terbelalak tidak mengerti.
“Tidak kepada siapapun!”
“Tapi dia tahu namamu dan alamatmu! Cepat singkirkan dia!”
“Kenapa harus aku?”
“Karena ini semua salahmu! Aku menyuruhmu untuk mencuri buku catatan kecil dia. Hanya itu! Bukan malah membunuhnya!” teriak Miharu marah.
Nanami semakin syok dibuatnya, mengetahui kenyataan siapa yang membuat dirinya celaka. Kuroda tidak ingin begitu saja disalahkan. Kuroda bertanya apa Miharu melakukan ini semua karena hutang-hutang Miharu. Rupanya Mihar mencoba untuk mendapatkan uang dari perusahan dengan melakukan transaksi illegal melalui perusahaan, namun Nanami mencium ada transaksi yang janggal. Karena itu Miharu hanya perlu catatan kecil Miharu yang berisi password komputer Nanami.
“Jika aku mendapatkan catatan itu, kau akan membayarku kan?” Tanya Kuroda.
“Iya, aku hanya membutuhkan password itu dan setelah itu aku akan membayarmu!” bentak Miharu.
Ingatan Nanami pun melayang saat sebelum dirinya meninggal. Dirinya mengecek transaksi dan menemukan transaksi yang janggal, saat itulah dirinya memegang catatan kecil dan Miharu berada disampingnya.
“Dalam 3 hari aku akan mendapatkannya” janji Kuroda.
“Tidak! Aku akan mencarinya sendiri. Berikan kuncinya kepadaku” sanggah Miharu, Kuroda pun memberikan kunci rumah Jun Ho. Miharu lalu pergi.
Kemarahan dan rasa tidak percaya menyelimuti Nanami, bagaimana bisa teman baiknya mengkhianati dirinya hanya karena masalah uang?
“Aku benar-benar tidak percaya! Kau menyuruh seseorang untuk membunuhku untuk membayar hutang-hutangmu?! Hanya untuk itu? Kembalikan hidupku! Kembalikan hidupku!” teriak Nanami sengit berusaha menghalangi Miharu, namun hanya menembusnya.
Bersambung..